Sabtu, 04 April 2015

B. Ind : Cerita Pendek

1. Cerita Pendek

A. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.

B. Unsur-unsur Cerita Pendek
 - Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:
  • Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
  • Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
  • Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
- Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
  • Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
  • Latar belakang kehidupan pengarang
  • Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
 C. Nilai-nilai Dalam Cerita Pendek
1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk tingkah laku.
2. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam masyarakat.
3. Nilai religius/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai pendidikan/edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari baik ke buruk
    (pengajaran).
5. Nilai estetis/keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menarik/menyenangkan (rasa seni).
6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.
7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.
8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
9. Nilai kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai ini ada yang bersifat  ideologis, politis, ekonomis, sosiologis, budaya, edukatif, humoris, dan sebagainya.

D. Teknik Menulis Cerita Pendek
  • Memilih Topik/Tema: Tema/topik apa pun yang ada di' masyarakat dapat dijadikan bahan baku cerpen. Misalnya: Pendidikan, sosial, lingkungan, olah raga, jumalistik, peristiwa sejarah, dan.Iain-Iain. 
  • Menentukan tokoh-tokoh dan menganalisis watak tokoh: Tokoh dalam cerpen berfungsi sebagai alat penyampai masalah yang akan dikemukakan : pengarang. Untuk itu pikirkan tokoh yang akan berperan dalam cerpen Anda. Ada kalanya : nama tokoh disesuaikan dengan watak yang dimiliki. Untuk itu di samping memilh nama sekaligus anda tentukan watak tokoh. Misalnya:     Topan (watak, semau gue, sok gaya, sombong), Dinda (watak, lembut, baik hati), Prabu (watak, berwibawa,  suka menolong)        
  • Merumuskan garis besar cerita: Sebelum menuangkan ide ke dalam cerpen, langkah efektif agar kita (pengarang) mempunyai pijakan cerita adalah merumuskan garis besar cerita. Misalnya: Cerita ini bermula ketik ... Tokoh ini mempunyai persoalan/mengalami….Lalu ia ... sementara  itu tokoh ... Persoalan di antara keduanya mencapai puncaknya ketika….dan seterusnya.
  • Menentukan alur cerita: Dalam karya sastra dikenal ada tiga macam alur cerita yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Suatu karya sastra dikatakan menggunakan alur maju apabila peristiwa dalam cerita tersebut disajikan secara unit dari awal cerita sampai penyelesaian. Dikatakan menggunakan alur mundur apabila peristiwa yang disampaikan dalam cerita dimulai dari peristiwa saat ini lalu menceritakan peristiwa-peristiwa di masa lalu. Sementara disebut alur campuran apabila pengarang dalam menyajikan cerita menggunakan alur maju dan alur mundur.
  • Menentukan Latar cerita: Setting/latar pada cerita ada tiga jenis, yaitu latar tempat latar waktu dan latar peristiwa saja cerita yang akan anda sampaikan tersebut terjadi dl suatu tempat (misalnya: JogJa) dan suatu waktu (bisa berupa tahun, bulan, hari, pagi, siang, sore dan lain-lain), maka cerpen anda menggunakan latar di Jogja pada malam hari.
  • Memilih gaya penceritaan: Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk menceritakan suatu peristiwa, Kita bisa memilih gaya penceritaan secara langsung atau secara tidak langsun~. Apabila penceritaan secara langsung menjadi pilihan kita, maka kita bisa menggunakan metode aku-an, artinya kita (pengarang) seolah-olah mengalami sendiri peristiwa dalam cerita.    
  • Memilih diksi: Diksi atau pilihan kata harus disesuaikan dengan tema cerita dan kepada siapa cerita itu ditujukan. Hal itu dimaksudkan agar cerita yang akan disampaikan terasa akrab dengan kehidupan pembaca sehingga mudah dipahami. Oleh karena dalam berlatih menulis cerpen ini, kita memilih tema kehidupan dengan remaja. Kita pilih bahasa dan istilah-istilah yang sering juga kalimat-kalimat sejenis Doi tuh ngertiin gue banget!
  • Membuat kerangka karangan dan mengembangkannya: Kini kita sampai tahap akhir dalam menulis cerpen yaitu membuat kerangka karangan. yang dimaksud kerangka karangan dalam pokok bahasan kita kali ini adalah urutan cerita atau peristiwa yang akan kita sajikan dalam cerpen. Tentu saja hal itu harus disesuaikan dengan alur cerita yang kita pilih.
 2. Contoh Cerita Pendek



Mimpi Anak Jalanan 
Maharani Rachmawati Purnomo

Mimpi ku, seorang Bintang, hanya sederhana. Aku tak minta sesuatu yang macam-macam. Aku tak minta rumah mewah, bergelimang harta, dan bukan juga mobil sport macam Lamborghini. Aku hanya ingin, aku dapat merasakan yang namanya mengenyam pendidikan, yang namanya merajut mimpi, yang namanya menggapai cita-cita. Sederhana bukan? Setiap malam, aku selalu mengirim doa pada Yang Maha Kuasa, bersimbah air mata di hadapanNya. Tapi selama sebelas tahun aku terus berdoa, yang isinya itu-itu saja, selama itu pula Allah belum menjawab dan mengabulkan doaku. Mungkin ini bukan takdirku, takdirku hanyalah menjadi seorang pengamen yang bodoh. Tapi itu semua tak membuatku putus asa. Justru membuatku semakin giat berdoa pada Allah.

“Hamba tak ingin menjadi pandai, tapi saat hamba pandai, hamba lupa dengan Mu. Hamba tak ingin menjadi seorang kaya, namun saat hamba kaya iman hamba rusak. Hamba tak ingin sehat, kalau dikala sehat, hamba melupakan nikmat Mu. Hamba tak ingin hidup, tapi saat hamba diberi kesempatan menghirup oksigen, hamba lalai dengan perintah Mu. Kalau memang Engkau belum mengizinkan hamba duduk memperhatikan penjelasan guru, di dalam kelas, tak mengapa, mungkin inilah yang terbaik untuk hamba,” hanya lima kalimat itu yang dapat aku ucapkan usai shalat.

Umurku sudah sebelas tahun, tapi aku belum pernah merasakan yang namanya kasih sayang kedua orangtua. Belaian lembut seorang Bapak, dan pelukan sayang seorang Ibu. Tak pernah aku mencicipi yang namanya kasih sayang dari orangtua. Aku saja, tak tahu dimana kedua orangtuaku.

Sejak kecil, aku hidup di antara debu jalanan, di antara gedung-gedung pencakar langit yang tinggi, di antara ketamakan manusia-manusia zaman sekarang. Untuk menghidupi kebutuhanku, aku mencoba mengamen. Kebutuhan hidupku hanya dua, makanan dan minuman. Tak ada gitar, atau kendang, hanya ada tepukan tangan dan jentikan jari yang mengiringi nyanyianku. Sejak pemerintah melarang masyarakat untuk memberikan uang pada pengemis dan pengamen sepertiku, nasibku makin tak karuan. Hidupku semakin kelam. Apakah pemerintah itu tak punya hati. Boleh saja mereka melarang masyarakat untuk memberikan uang untuk aku dan teman-temanku, yang sama-sama mengamen. Dan mereka yang hanya bisa menengadahkan tangan untuk mengemis. Tapi, pemerintah memberikan kami uang yang pantas untuk kehidupan sehari-hari, setidaknya pekerjaan untuk kami. Kalian semua hanya bisa memakan uang rakyat, hanya bisa menyengsarakan nasib kaum lemah. Kalian semakin kaya, hidup mewah serba kecukupan, sementara kami, hidup dalam penderitaan, hidup dalam kekejaman ekonomi, dan hidup jauh dari kalimat sederhana.

Kalau kami tak dapat merasakan nikmatnya hidup dengan uang, setidaknya berikan kami pendidikan yang layak. Kalau kami pintar, toh nantinya bangsa ini yang semakin maju. Mana hati nurani kalian? Apakah tak ada satu sajakah hati yang masih bersih, yang tak ternodai dengan korupsi, yang tak ternodai dengan kemaksiasiatan, yang tak ternodai dengan keserakahan.

Aku cuma rakyat kecil yang tak bisa berbuat apa-apa. Ingin melawan, kalian mengancam, ingin memberontak, kalian mengelak, ingin marah kalian malah mencemooh. Akankah keadilan akan datang. Kalian hanya diperkuda jabatan. Kami muak dengan ketidak adilan dan keserakahan. Tolong dengarkan suara rakyatmu wahai pemerintah bi*dab! Dengarkan jeritan marah kami setiap detiknya, jerit marah karena ketidak becusanmu mengurus negeri tanpa kemudi ini. Negeri kelam yang suram. Haruskah yang Diatas mengirimkan bala bencana untuk kalian, barulah kalian sadar akan perbuatan iblis kalian sendiri? Tahukah kalian Indonesia masuk dalam daftar 100 negara termiskin di dunia. Urutan ke 68. Seharusnya kalian malu, menjadi seorang pejabat pemerintah, maupun pejabat negara, namun bangsanya masuk ke dalam daftar negara termiskin.

Hanya satu yang kuminta! Sejahterakanlah rakyatmu. Entah dengan uang, dengan pendidikan yang layak, atau pelayanan sosial yang memuaskan, atau setidaknya engkau berikan kami bahan makanan, sehingga kami tak kekurangan gizi, tidak mengidap malnutrisi. Banyak keluarga kami yang terkena marasmus dan kwasiokor. Penuhi janji-janjimu dulu saat kau akan dipilih oleh kami. Mensejahterakan rakyat, tiada kemiskinan, semua perut rakyat akan kenyang, dijamin semua dapat pekerjaan dan penghasilan yang tetap, pendidikan akan dinomorsatukan, pelayanan umum akan dimaksimalkan, tiada kata korupsi. Itu semua janji manismu. Tapi sekarang, apa yang terjadi? Lebih banyak rakyat yang melarat dari pada yang berkecukupan, rakyat-rakyatmu kelaparan disini, perut kami kosong selama tiga hari, sementara kalian disana kekenyangan dengan makanan mewah berbintang lima yang dibeli dengan uang hasil korup, katamu dulu semua rakyat akan mendapat pekerjaan dan gaji yang tetap, namun hasilnya nihil. Saudaraku sibuk mengais sampah di setiap sudut kota, penghasilannya hanya cukup membeli tiga potong roti, sedangkan tetanggaku sibuk meminta belas kasihan pada para pejalan kaki dengan mengemis. Kalau katamu pendidikan dinomorsatukan, kenapa aku masih mengamen dan bukannya belajar di dalam gedung sekolah. Bukti lain kegagalanmu memimpin Indonesia pelayanan umum yang minus. Tak ada kata Rumah Sakit untuk kami, karena kami tentu tak punya uang untuk membayar biaya Rumah Sakit yang mahalnya selangit. Tiada kata korupsi? Bohong besar. Tiada hari tanpa kata korupsi. Hak-hak milik rakyat kau rampas juga. Dasar PHP! Pemberi Harapan Palsu.



Unsur Intrinsik 
  • Tema : Seorang anak jalan yang bermimpi ingin menjadi seorang Bintang 
  • Alur : Maju 
  • Penokohan : Anak jalanan : Tidak pernah menyerah dan selalu berdoa 
  • Sudut Pandang : Aku (Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal) 
  • Amanat : Teruslah bermimpi, jangan pernah menyerah dan teruslah berusahan dan berdoa!   
  • Latar / Setting :
1. Tempat : di antara debu jalanan, di antara gedung-gedung pencakar langit yang tinggi 
2. Waktu : Pagi, Siang dan Sore
Unsur Ekstrinsik 
  • Nilai Moral : "Pejabat yang hanya ingkar janji dan tidak ada bukti saat sudah menjabat."
  • Nilai Pendidikan : "Seseorang anak jalanan yang tidak mendapatkan sebuah pendidikan yang diinginkan anak jalanan."
Pranala :
http://www.pengertianku.net/2014/11/pengertian-cerpen-dan-strukturnya-dilengkapi-unsur-unsurnya.html
https://lathifamusic.wordpress.com/2011/02/12/unsur-dalam-cerita-pendek/
http://syafruddin41.blogspot.com/2013/02/nilai-nilai-dalam-cerpen.html
http://www.zakapedia.com/2013/04/unsur-langkah-teknik-menulis-cerpen.html 
http://cerpenmu.com/cerpen-kehidupan/mimpi-anak-jalanan.html